Konsumsi Lima Antioksida Eksogen

0c

Rabu, 03 Juni 2009

Antioksidan bisa dihasilkan oleh tubuh, tetapi juga dapat ditambahkan dari luar tubuh melalui makanan dan food supplement (makanan tambahan).

Antioksidan yang dipro duksi di dalam tubuh disebut antioksidan endogen, berupa tiga enzim, yaitu superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan katalase. Ketiganya bertugas menetralkan radikal bebas. Tugas tersebut dibantu oleh antioksidan dari luar, lazim disebut antioksidan eksogen, yang berasal dari bahan makanan. Mereka terdiri atas vitamin C, vitamin E, betakaroten, zinc, dan selenium.

Selenium (Se) misalnya dapat diperoleh dari bawang putih, beras merah, beras putih, udang, tuna, lobster, telur, ayam, biji gandum, jagung, dan sereal. Enzim selenium bekerja menetralkan peroksida lain, seperti peroksida lemak yang dapat menjadi faktor buruk bagi tubuh karena menimbulkan penyakit degeneratif.

Zinc sebagai antioksidan berperan dalam struktur dan fungsi enzim di dalam tubuh. Bahan makanan yang kaya akan zinc antara lain kepiting, hati sapi, daging sapi, sereal, lobster, ayam, kadang, susu, dan telur.

Agar antioksidan dapat menghancurkan semua jenis radikal bebas secara efektif, menurut Slaga dan Keuneke, peran antioksidan eksogen sangat strategis. Awalnya vitamin E akan menangkap radikal bebas. Sayangnya vitamin E kemudian berubah menjadi vitamin E radikal, sehingga perlu pertolongan vitamin C.

Malang pula, setelah menangkap vitamin E radikal, si vitamin C juga turut menjadi vitamin C radikal. Di sinilah glutation diperlukan untuk menetralkan vitamin C radikal menjadi senyawa yang lebih jinak, dan tidak ikut menjadi radikal.

Vitamin C dapat kita peroleh dari buah-buahan seperti jambu biji, stroberi, pepaya, brokoli, jeruk, mangga, bayam, daun singkong, dan tomat. Sementara vitamin E banyak terkandung dalam apel, pisang, asparagus, bayam, kacang polong, dan sayuran hijau lainnya, selain minyak bunga matahari, margarin, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, telur, dan susu. Adapun betakaroten bisa kita dapatkan dari wortel, brokoli, kentang, papaya, dan tomat.

Mengingat sumber antioksidan sedemikian beragam, penting bagi kita untuk setiap hari juga mengonsumsi sumber makanan yang beragam pula. Dalam keadaan sakit atau terpapar banyak asap dan polusi lainnya, kita membutuhkan lebih banyak asupan antioksidan. Jika dari makanan harian tidak dapat mencukupi, tambahkan suplemen antioksidan.

Harus Sesuai Kebutuhan

Mengonsumsi multivitamin dan mineral dalam dosis tinggi hasilnya adalah kontraproduktif. Karena itu, para pakar mengingatkan agar kita mengonsumsi suplemen sesuai kebutuhan.

Untuk vitamin E misalnya, tidak dianjurkan konsumsi melebihi 400 IU sehari. Kebutuhan vitamin C tiap hari dalam kondisi normal adalah sekitar 75 mg-90 mg per hari. Untuk kita yang tinggal di kota besar yang tingkat polusinya sangat buruk seperti Jakarta bisa mengonsumsi sampai 500 mg.

Sebuah penelitian epidemiologi menunjukkan, asupan vitamin E lebih dari 400 IU sehari justru meningkatkan risiko kematian. Dalam kondisi normal, kita sebetulnya hanya membutuhkan sekitar 8-15 IU per hari. Kita dapat meningkatkan dosis harian antara lain jika hidup diliputi polusi, stres, makanan tidak mencukupi kebutuhan gizi harian, sakit, dan kelelahan tinggi.

Akan halnya zinc, kebutuhan pria lebih banyak daripada wanita. Kebutuhan rata-rata harian pria maupun wanita dewasa sekitar 8 mg-15 mg per hari.

Untuk betakaroten, kebutuhan per hari sekitar 2,5 mg-3 mg, dapat ditingkatkan sampai 6 mg saat sakit kronis. Jika memakai ukuran international unit (IU), konsumsi dapat ditingkatkan sampai 5.000 IU untuk meng atasi kondisi yang buruk.

Bagaimanapun, makan dengan pedoman gizi seimbang wajib kita lakukan setiap hari. Sebab, hanya dengan cara itulah kita dapat menyingkirkan radikal bebas secara optimal.

Sebagai gambaran, glutation yang merupakan antioksidan endogen, eksistensinya di dalam tubuh sangat tergantung asupan zat-zat makanan, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Jika sehari-hari kita tidak cukup mengonsumsi makanan yang sehat sesuai pedoman gizi seimbang, glutation tidak dapat eksis.

Padahal, tanpa glutation, proses penyeimbangan radikal bebas di dalam tubuh tidak akan tercapai.

0 komentar:

Posting Komentar